Jumat, 18 Januari 2013

MARS JUJITSU

MARS JUJITSU

Dulu aku bercita2
menjadi seorang Jujitsan
berdiri tegak gagah perkasa
tunaikan tugas yang mulia

kini aku sedang di tempa
dalam penggemblengan Jujitsu
lupa kawan lupa saudara
lupakan saja semuanya

saya tahan rasa sakit
sampai masuk rumah sakit
saya tahan menderita
siang malam kuditempa

walaupun aku di tempa
hatiku selalu gembira
gembira................
gembira selamanya...

lupakan lah.............
rasa sedih................
sejauh-jauhnya.............
berlatih dengan GEMBIRA
Jujitsu yang jaya

PRESTASI IJI KLATEN

KEJUARDA JU-JITSU INDONESIA
Universitas Veteran Sukoharjo

                   Mas zain dan Ju-jitsan IJI Gor Klaten                            Berfoto bersama Ju-Jitsan UNY Jogja
                            
                                   
Prestasi yang patut dibanggaakan IJI Klaten, 7 bulan berdiri Jujitsan Gor Klaten berhasil mendapatkan medali perunggu Kejurda se-Jateng dan DIY di Universitas Veteran Sukoharjo. Selamat untuk mas. Zainudin terima kasih untuk perjuangan dan keberhasilan yang membawa rasa bangga IJI Gor Klaten. Semoga ditahun berikutnya Ju-jitsan Gor klaten dapat berprestasi lebih banyak lagi. Amin.

Ujian Kenaikan Tingkat IJI Klaten ke-II


Ujian Kenaikan Tingkat ke-II IJI Gor Klaten
GOR KLATEN 





   

Ujian Kenaikan Tingkat Ke-I

Ujian Kenaikan Tingkat Ke-I 
Universitas Gadjah Mada 
Yogyakarta.



11 Jujitsan IJI dari Dojo Klaten mengikuti Ujian kenaikan tingkat di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 12 Juni 2012. Perjuangan tidak mudah untuk menuju tingkatan yang lebih tinggi, banyak prosedur yang harus dijalani sebagai syarat kenaikan tingkat. Melalui proses ujian adalah syarat yang harus ditempuh seorang Ju-Jitsan. Panas, lelah, dan letih sudah pasti dirasakan, tapi itu bukan menjadi hambatan untuk terus maju ketingkat yang lebih tinggi. Melalui perjuangan dan juga kegigihan Ju-Jitsan Gor Klaten berhasil melalui tahapan-tahapan ujian, dan rasa capek dan lelah terbayar sudah dengan keberhasilan Ujian Kenaikan Tingkat. Rasa senang dan bangga pun dirasakan dengan terpasangnya sabuk tingkatan yang lebih tinggi. Selamat! Selamat! Selamat!  Jujitsan Gor Klaten terus maju jangan berhenti sampai disini perjuangan kalian masih panjang.

Sejarah JU-JITSU

Sejarah 
Jujitsu pertama kali dikembangkan oleh Samurai . Istilah "Jujitsu" tidak diciptakan sampai abad ke-17, setelah waktu itu menjadi istilah selimut untuk berbagai bergulat-disiplin terkait. Sebelum waktu itu, keterampilan ini memiliki nama seperti "pedang pendek bergulat" (小具足腰之迴, kogusoku Koshi no mawari ? ), "bergulat" (组讨atau组打, kumiuchi ? ), "seni tubuh" (体术, taijutsu ? ), "kelembutan" (柔atau和, yawara ? ), "seni harmoni" (和术, wajutsu, yawarajutsu ? ), "tangan menangkap" (捕手, torite ? ), dan bahkan cara "dari kelembutan "(柔道, Judo ? ) (sedini 1724, hampir dua abad sebelum Jigoro Kano mendirikan seni modern Kodokan Judo). [2]
Hari ini, sistem pertempuran bersenjata yang dikembangkan dan dipraktekkan selama periode Muromachi (1333 -1.573) yang disebut secara kolektif sebagai Jepang gaya lama jiu-jitsu (日本古流柔术, Nihon Koryu Jujitsu ? ). Pada periode ini dalam sejarah, sistem dipraktekkan tidak sistem pertempuran bersenjata, melainkan berarti untuk seorang prajurit tidak bersenjata atau ringan bersenjata untuk melawan musuh yang bersenjata dan lapis baja di medan perang. Dalam pertempuran, itu sering tidak mungkin untuk samurai menggunakan pedang panjang, dan karena itu akan terpaksa bergantung pada pedang pendek, belati, atau tangan kosong. Ketika sepenuhnya lapis baja, penggunaan efektif seperti "kecil" senjata mengharuskan kerja bergulat keterampilan. 
Metode memerangi (seperti yang disebutkan di atas hanya) termasuk mencolok (menendang dan meninju), melempar (tubuh melempar, bersama-lock melempar, tidak seimbang melempar) , menahan (menjepit, keterjepitan, bergulat, gulat) dan persenjataan. Taktik defensif termasuk memblokir, menghindari, off-balancing, pencampuran dan melarikan diri. Senjata kecil seperti tanto (belati), ryu fundo kusari (rantai tertimbang), Kabuto wari (helm pukulan keras), dan kakushi buki (rahasia atau senjata terselubung) yang hampir selalu termasuk dalam Sengoku jiu-jitsu.

Pengembangan 
Di kemudian hari, lainnya Koryu berkembang menjadi sistem yang lebih akrab bagi para praktisi dari Nihon jiu-jitsu biasa terlihat saat ini. Ini benar diklasifikasikan sebagai Edo Jujitsu (didirikan selama periode edo ): mereka umumnya dirancang untuk menghadapi lawan tidak mengenakan baju besi maupun dalam lingkungan medan perang. Kebanyakan sistem dari Edo jujutsu termasuk penggunaan ekstensif atemi waza (teknik penting-mencolok), yang akan digunakan sedikit terhadap lawan lapis baja di medan perang. Mereka akan, bagaimanapun, cukup berharga dalam menghadapi musuh atau lawan selama masa damai mengenakan pakaian jalan normal (disebut sebagai "Suhada Bujutsu"). Kadang-kadang, senjata mencolok seperti tanto (belati) atau Tessen (besi penggemar) dimasukkan dalam kurikulum Edo Jujitsu. 
lain sisi sejarah jarang terlihat adalah serangkaian teknik awalnya termasuk dalam kedua Sengoku dan jiu-jitsu Edo sistem. Disebut sebagai hojo waza (捕縄术hojojutsu , torinawa jutsu, nawa jutsu, hayanawa dan lain-lain), melibatkan penggunaan kabel hojo, (kadang-kadang sageo atau Tasuke) menahan atau mencekik penyerang. Teknik-teknik ini memiliki sebagian besar memudar dari penggunaan di zaman modern, namun Tokyo polisi unit masih melatih dalam penggunaan dan terus membawa kabel hojo selain borgol. Yang sangat tua Takenouchi-ryu adalah salah satu yang baik yang diakui sistem yang melanjutkan pelatihan ekstensif di hojo waza. Sejak berdirinya periode Meiji dengan penghapusan Samurai dan memakai pedang, tradisi kuno Yagyu Shingan Ryu (Sendai & garis Edo) telah memfokuskan banyak terhadap jiu-jitsu (Yawara) yang terkandung dalam silabus nya. 
Banyak Nihon sah lainnya jiu-jitsu ryu ada tetapi tidak dianggap Koryu (tradisi kuno). Ini disebut baik Gendai Jujitsu atau jiu-jitsu modern. Tradisi jiu-jitsu modern yang didirikan setelah atau menjelang akhir periode Tokugawa (1868), ketika lebih dari 2000 sekolah (ryu) dari jiu-jitsu ada. Ryu tradisional dan berbagai ryuha yang umumnya dianggap sebagai Koryu jiu-jitsu sebenarnya Gendai Jujitsu. Meskipun modern dalam formasi, sangat sedikit Gendai jiu-jitsu sistem memiliki hubungan sejarah langsung ke tradisi kuno dan salah disebut sebagai sistem bela diri tradisional atau ryu. Kurikulum mereka mencerminkan bias yang jelas terhadap sistem Edo Jujitsu yang bertentangan dengan sistem Jujitsu Sengoku. Ketidakmungkinan menghadapi penyerang berlapis baja adalah alasan untuk bias ini. 
Seiring waktu, Gendai jiu-jitsu telah dianut oleh aparat penegak hukum di seluruh dunia dan terus menjadi landasan bagi sistem khusus yang digunakan oleh polisi. Mungkin yang paling terkenal dari sistem kepolisian khusus adalah Keisatsujutsu (polisi art) Taiho jutsu (menangkap art) sistem dirumuskan dan digunakan oleh Departemen Kepolisian Tokyo. 
Jika sistem bela diri Jepang berbasis dirumuskan di zaman modern (pasca Tokugawa) tetapi hanya sebagian dipengaruhi oleh jiu-jitsu Nihon tradisional, mungkin benar disebut sebagai goshin (pertahanan diri) jiu-jitsu. Goshin jiu-jitsu biasanya dirumuskan luar Jepang dan mungkin termasuk pengaruh dari tradisi bela diri lainnya. Brazilian Jiu-Jitsu , yang dikembangkan dari judo , tetapi dengan penekanan lebih besar pada tanah bergulat ( ne waza ), merupakan contoh yang sangat baik Goshin Jujitsu. 
teknik Jujitsu memiliki menjadi dasar bagi banyak teknik pertempuran militer bersenjata (termasuk Inggris / AS / pasukan khusus Rusia dan SO1 unit polisi) selama bertahun-tahun. 
Ada banyak bentuk olahraga jiu-jitsu, judo yang asli dan paling populer, sekarang olahraga Olimpiade. Salah satu yang paling umum adalah campuran gaya kompetisi, di mana pesaing menerapkan berbagai serangan, melempar, dan memegang untuk mencetak poin. Ada juga kata kompetisi, di mana pesaing dari gaya yang sama melakukan teknik dan dinilai berdasarkan kinerja mereka. Ada juga gaya bebas kompetisi, di mana pesaing bergiliran saling serang, dan bek yang dinilai pada kinerja.

Deskripsi 
sistem jiu-jitsu Jepang biasanya lebih menekankan pada melempar, melumpuhkan dan menjepit , sendi-penguncian , tersedak , danmencekik teknik dibandingkan dengan lainnya seni bela diri sistem seperti karate . Atemi -waza ( mencolok teknik) dipandang sebagai kurang penting di sebagian besar lebih tua sistem Jepang , karenasamurai pelindung tubuh dilindungi terhadap teknik mencolok banyak. The Chinese Quanfa / ch'uan-fa ( Kenpo atau kung fu ) sistem fokus pada meninju , mencolok, dan menendang lebih dari jiu-jitsu. 
Sistem Jepang hakuda, Kenpo, dan Shubaku menampilkan beberapa derajat pengaruh Cina dalam penekanan mereka pada atemi- waza. Sebagai perbandingan, sistem yang berasal lebih langsung dari sumber-sumber Jepang menunjukkan preferensi kurang untuk teknik tersebut. Namun, sekolah jiu-jitsu beberapa mungkin memiliki beberapa pengaruh Cina dalam perkembangan mereka. Jujitsu ryu bervariasi dalam teknik mereka, dan banyak yang meliputi sejumlah besar teknik mencolok, jika hanya sebagai set-up untuk mereka bergulat teknik. 
Dalam jiu-jitsu, praktisi kereta dalam penggunaan bergerak berpotensi fatal banyak. Namun, karena sebagian besar siswa melatih di lingkungan non-kompetitif, risiko diminimalkan. Siswa diajarkan jatuh istirahat keterampilan untuk memungkinkan mereka untuk berlatih dengan aman jika tidak berbahayalemparan . 
Dalam jiu-jitsu, ada lima sektor utama ("seni") pelatihan. Yang pertama, Seni Blocking, digunakan untuk mempertahankan terhadap serangan. Yang kedua, Seni dari Fulcrum Throw, digunakan dalam modern judo . Yang ketiga, Seni Throw Non-titik tumpu diterapkan lewat lemparan yang melibatkan kontak sedikit atau tidak dengan lawan. Yang keempat, Seni Escaping (Hakko-Dori), sangat penting dalam banyak gaya Jujitsu. Kelima, Seni mencolok (Atemi-Waza), digunakan lebih oleh modern jujutsuka (jiu-jitsu praktisi) yang tidak menggunakan pelindung tubuh.

 Karakteristik Teknis 
Sebagai seni "lunak", sistem jujitsu umumnya menggunakan prinsip-prinsip keseimbangan, leverage, dan momentum untuk mengatasi lawan. Hal ini berbeda dengan "keras" sistem (misalnya, beberapa gaya karate atau Taekwon-do) yang cenderung menekankan kekuasaan berkembang, kekuatan, dan kecepatan.Meskipun ada beberapa keragaman dalam tampilan aktual dan teknik sistem jiu-jitsu berbagai tradisional, ada kesamaan teknis yang signifikan umum untuk semua sekolah: 
Siswa belajar jiu-jitsu tradisional terutama melalui pengamatan dan peniruan dari ryu itu waza. 
The waza bersenjata dari sebagian besar sekolah menekankan sendi -locking teknik ( kansetsu waza ), yaitu, mengancam integritas bersama dengan menempatkan tekanan di atasnya yang bertentangan arah ke fungsi normal, menyelaraskan sehingga kekuatan otot tidak dapat dibawa untuk menanggung, take-down atau teknik melempar, atau kombinasi take-down dan sendi-kunci.
Kadang-kadang, atemi (serangan) yang ditargetkan ke beberapa wilayah rentan tubuh, hal ini merupakan aspek kuzushi , seni melanggar keseimbangan sebagai set-up untuk kunci, mengambil-down atau melempar. 
Gerakan cenderung memanfaatkan momentum penyerang dan bukaan untuk menempatkan bersama dalam posisi terancam atau untuk memecahkan keseimbangan mereka sebagai persiapan untuk take-down atau melempar. 
tubuh The bek diposisikan sehingga dapat mengambil keuntungan yang optimal kelemahan penyerang sekaligus menyajikan beberapa bukaan atau kelemahan sendiri. 
Senjata pelatihan tujuan utama dari pelatihan Samurai. Koryu (lama / klasik) sekolah biasanya mencakup penggunaan senjata.Senjata mungkin termasuk roku Shaku bo (enam kaki staf), Hanbo(tiga kaki staf), katana (pedang), wakizashi atau kodachi (pedang pendek), tanto (pisau), atau jitte (pendek satu pentungan hook).

Sekolah dan turunannya 
Karena jiu-jitsu mengandung aspek begitu banyak, telah menjadi dasar bagi berbagai gaya dan turunan hari. Sebagai instruktur masing-masing memasukkan teknik dan taktik baru ke dalam apa yang diajarkan kepadanya awalnya, dia bisa menyusun dan membuat nya sendiri ryu (sekolah). Beberapa sekolah memodifikasi bahan sumber sehingga mereka tidak lagi menganggap diri mereka sebagai gaya jiu-jitsu.

sekolah Old 
Circa 1600 AD ada lebih dari 2000 ryu dari jiu-jitsu di Jepang dan ada fitur-fitur umum yang ditandai sebagian besar dari mereka.Karakteristik teknis bervariasi dari sekolah ke sekolah. Banyak generalisasi yang disebutkan di atas tidak berlaku bagi beberapa sekolah dari jiu-jitsu. Lama sekolah jiu-jitsu Jepang meliputi:Araki-ryu Daito-ryu aiki-jujutsu Hontai Yoshin-ryu Kashima Shin-ryu Kukishin-ryu [3] Kyushin Ryu Sekiguchi Shinshin-ryuSosuishitsu-ryu Takenouchi-ryu Tatsumi-ryu Tenjin Shinyo-ryuYagyu Shingan Ryu Yoshin Ryu

Sejarah Masuknya Ju-Jitsu di Indonesia


       Ju-Jitsu dengan aliran KYUSHIN-RYU masuk ke Indonesia saat sekitar pergolakan Perang Dunia ke II, yaitu pada waktu Jepang masuk ke Indonesia (1942) dibawa oleh salah satu tentara Jepang yang bernama ISHIKAWA. Dengan berbekal aliran Ju-Jitsu KYUSHIN-RYU yang menjadi cikal bakal berdirinya beladiri Ju-Jitsu Indonesia dan dikenal sebagai Ju-Jitsu aliran I-KYUSHIN-RYU ( ISHIKAWA-KYUSHIN-RYU ).

      Di Ponorogo tepatnya Ishikawa mewariskan ilmunya kepada R. SOETOPO ( Ponorogo ). Kemudian R. Soetopo pun juga menurunkan ilmunya kepada Drs. Firman Sitompul ( Guru Besar ), Drs. Heru Noercahyo ( DAN VIII ), Drs. Bambang Supriyanto ( DAN V ), dan Letkol Pol. Yosua P.M. Sitompul, SH ( DAN V ). Dan beliau-beliau inilah sebagai motor penggerak berkembangnya Ju-Jitsu di tanah air pada saat ini.
Institut Ju-Jitsu Indonesia ( IJI ) sebagai nama besar dari perguruan Ju-Jitsu di Indonesia mulai menembus PTIK ( Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian ) sejak tahun 1964, dengan alasan Ju-Jitsu bukan hanya sebagai ajang olah raga dan menjaga kesegaran tubuh tetap prima. Namun, banyak unsur beladiri seperti pukulan, tendangan, bantingan dan kuncian yang bagi pihak Kepolisian bisa dijadikan medium untuk membela diri dan menumpas kejahatan.
Pada tahun 1980-1981, 4 ( empat ) pakar Ju-Jitsu seperti Brigjen Pol. Drs. Hutagaol, Irjen Pol. Drs. Yosua PM Sitompul, SH, Drs. Firman Sitompul dan Drs. Heru Noercahyo memotori berdirinya yayasan Institut Ju-Jitsu Indonesia ( IJI ) yang kepengurusannya berpusat di Jakarta.
Ju-Jitsu menjadi pelajaran/kuliah wajib bagi mahasiswa PTIK pada tahun 1980, dan pada tahun 1981 diadakan beladiri Ju-Jitsu di PTIK Jakarta oleh para pendekar-pendekar Ju-Jitsu yang akhirnya mendapat penghargaan ( pengakuan )dari Kedutaan Jepang di Indonesia tepatnya di Jakarta.
       Ju-Jitsu diajarkan sebagai salah satu mata kuliah wajib selain Judo dan Karate di PTIK ( Pendidikan Lanjutan Perwira Kepolisian/Lulusan Akademi Kepolisian yang berprestasi ). Dengan diikuti oleh seluruh mahasiswa PTIK selama satu setengah tahun ( 3 semester ), Ju-Jitsu yang diajarkan harus minimal mencapai tingkatan sabuk coklat ( KYU I ). Menurut UU No. 20 tahun 1982, dalam pasal 30 ayat 4 yang dalam penegasannya bahwa tugas kepolisian sebagai pengayom dalam memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya peraturan perundang-undangan, maka mata kuliah beladiri di PTIK merupakan hal yang penting untuk dipelajari karena sebagai tugas pokok polisi.
IJI ( Institut Ju-Jitsu Indonesia ) saat ini telah berkembang di tengah-tengah masyarakat pada umumnya, maupun di sekolah dasar, sekolah menengah serta perguruan tinggi.

Kamis, 17 Januari 2013

ILMU DASAR

1.  Tehnik Pengorbanan Bawah :  Ukemi Waza
2.  Tehnik Kuda – kuda:Fuddodachi
3.  Tehnik Memukul:Suto Ricki
4.  Tehnik Menangkis:Uke Waza
5.  Tehnik Menendang:Keri Waza
6.  Tehnik Melempar    :Nage Waza
7.  Tehnik Mengunci:Kanzetsu Waza
8.  Tehnik Pembelaan Diri:Goshin Jutsu
9.  Tehnik Pernafasan /
     Tenaga Dalam                      
:Ki Waza
10.Tehnik Ketahanan Tubuh:Junbi Undo

 

Arti Lambang Institut Ju-Jitsu Indonesia



DASAR
Dasar penyusunan ini adalah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Institut Jujitsu Indonesia, Program Kerja Dewan Guru Besar, serta tidak meninggalkan penjelasan dan keterangan yang sudah diberikan dari tokoh-tokoh pendiri Institut Jujitsu Indonesia.
 
LATAR BELAKANG
Dengan pesatnya perkembangan beladiri Jujitsu di Indonesia khususnya Institut Jujitsu Indonesia dan semakin dewasanya pemikiran para anggota Jujitsu yang ada diseluruh Indonesia, maka timbul pertanyaan-pertanyaan yang sangat kritis tentang arti dan makna dari badge jujitsu. Oleh karena itu sebagai seorang pelatih dan Anggota Jujitsu haruslah (wajib)  mengetahui apa arti dan makna yang terkandung dari badge jujitsu itu sendiri secara cermat dan detail. Sedangkan untuk memberi arti dan makna yang sebenarnya kadang setiap pelatih atau anggota Jujitsu mempunyai pemahaman dan pengertian yang berbeda dalam menyimpulkan arti dan badge Jujitsu.
 
TUJUAN
1. Untuk mengatasi penafsiran yang berbeda dari beberapa kalangan Jujitsan.
2. Dapat dipergunakan untuk memberi jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang termaksud di dalam badge IJI
3. Untuk memberi kejelasan tentang badge Jujitsu dengan jatidiri dari Institut Jujitsu Indonesia.
 
 
VISI DAN MISI
 
VISI :
 
Terwujudnya Managemen dan Kepelatihan yang Profesional dan Proporsional dengan Penyetaraan terhadap Olahraga Nasional
 
MISI :
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang pembinaan olahraga beladiri dalam rangka membentuk kepribadian yang tanggap, tanggon dan trengginas;
2. Memberikan pendidikan moral dan ketahanan fisik guna menunjang stabilitas bangsa dan menjaga kewibawaan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Mensinerginak berbagai komponen dan elemen kepelatihan.
 
 
 
9 PROGRAM STRATEGIS DEWAN GURU BESAR
 
1. Merevisi kurikulum tehnik Institut Ju-jitsu Indonesia;
2. Merevisi pokok-pokok materi ujian kenaikan tingkat Institut Ju-jitsu Indonesia;
3. Merevisi peraturan pertandingan tingkat nasional dan internasional;
4. Mempersiapkan peraturan pelatih, serta wasit dan juri tingkat nasional;
5. Meregistrasi pelatih tingkat nasional dan sertifikasi pelatih tingkat nasional;
6. Merancang seragam baru Dewan Guru Besar dan Pelatih Institut Ju-jitsu Indonesia;
7. Merancang agenda kejuaraan dan gashuku tingkat nasional;
8. Menginventarisasi buku-buku terbitan Institut Ju-jitsu Indonesia maupun buku-buku Ju-jitsu Internasional;
9. Menjalankan kepustakaan dan kesekretariatan Dewan Guru Besar Institut Ju-jitsu Indonesia
 
 
 
PENGERTIAN BADGE DAN FUNGSINYA
Pengertian  :
Asal-usul atau kronologis dari kata Badge berasal dari bahasa Inggris yang mempunyai arti Tanda kepangkatan atau Lencana.  Jadi Badge adalah suatu bentuk atau lambang yang dapat memberi tanda atau identitas dari suatu badan atau organisasi dengan menyematkan badge dalam suatu pakaian atau apapun maka orang dapat mengenal lebih jelas tentang siapa sebenarnya organisasi tersebut.
 
Fungsi Badge/Lambang
Sesuai dengan arti kata Badge tersebut di atas, bahwa fungsi badge adalah untuk memperkenalkan jati diri dari suatu organisasi, juga sebagai tanda ciri khas lambang dari suatu organisasi/badan.  Di dalam penyusunan badge atau membentuk dari badge ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh di dalamnya seperti  :
1. Warna yang terkandung di dalam badge
2. Bentuk dari badge itu sendiri
3. Dan gambar yang ada dalam badge
 
 
PENJELASAN TENTANG BADGE  IJI
 
Sejarah Badge  IJI
Sejarah pembuatan badge  IJI sangat berhubungan dengan sejarah keberadaan lahirnya beladiri Institut Jujitsu Indonesia  (IJI).
Dahulu beladiri Jujitsu (IJI), masih menggunakan nama Jujitsu I-Kyushin Ryu Bantaran Angin, dan sekarang sudah dikenal berganti dengan Institut Jujitsu Indonesia.
Jadi perbedaan penulisan badge yang dulu dengan saat sudah berbeda, Dulu badge IJI bertuliskan JUJITSU I KYUSHIN RYU, dan sekarang badge IJI sudah bertuliskan INSTITUT JUJITSU INDONESIA, dan ditegah-tengah badge IJI sudah ada tambahan bertuliskan  IJI, dahulu belum ada.
 
Warna yang ada di dalam Badge  IJI.
  • Putih
  • Kuning
  • Hijau
  • Orange
  • Biru
  • Coklat
  • Hitam
  • Merah
Arti dari warna Badge  IJI
  • Putih     : Lambang dari kesucian dan kebersihan
  • Kuning  : Lambang dari kebesaran
  • Hijau     : Lambang dari kesuburan
  • Orange : Lambang dari keterbukaan dan kejujuran
  • Biru       : Lambang dari keperwiraan atau ksatria
  • Coklat   : Lambang dari kedewasaan dan keperkasaan
  • Hitam   : Lambang dari ketenangan dan kemantapan
  • Merah  : Lambang dari keberanian dan keagungan
 
Makna yang terkandung di dalam badge IJI
 
1. Badge IJI berbentuk lingkaran : Mengandung pengertian kebulatan tekad dan semangat yang bulat untuk melaksanakan Persatuan dan Kesatuan berdasarkan kekluargaan dan berlandaskan Pancasila.Mengandung pengertian kebulatan tekad dan semangat yang bulat untuk melaksanakan Persatuan dan Kesatuan berdasarkan kekluargaan dan berlandaskan Pancasila.
 
2. Warna dasar putih  : Lambang dari kesucian dan kebersihan dari setiap anggota Jujitsan untuk dapat berfikir, berbicara dan bersikap jujur di dalam kehidupan sehari-hari.
 
3. Warna dasar kuning di tengah-tengah  : Warna kuning adalah lambang kebesaran, yang dahulu merupakan symbol Budha, Jujitsu mengakui dari bangsa atau orang yang pertama kali mengembangkan ilmu beladiri adalah Budha. Maka dengan simbol dasar kuning yang ada ditengah-tengah, secara khusus mengandung arti dari Jujitsu adalah beladiri yang besar dan seorang Jujitsan haruslah selalu berjiwa besar.
 
4. Warna hijau yang membatasi dikedua sisi tengah  : warna hijau melambangkan dari kesuburan, yang mengandung makna bahwa IJI dapat dikembangkan dan tumbh subur diseluruh wilayah Nusantara, karena Jujitsu adalah beladiri yang elit, komplit, feksibel dan sangat langka keberadaannya, dan letak posisi membatasi dikedua sisi tengah melambangkan bahwa Jujitsu mengutamakan sikap keseimbangan dalam kehidupannya, seperti keseimbangan antara kehidupan Jasmani dan Rohani.
 
5. warna Orange  : Lambang dari keterbukaan dan kejujuran, warna orange terdapat di dalam gambar telapak tangan yang mempunyai makna bahwa Jujitsu merupakan beladiri yang dapat dipelajari oleh siapapun diseluruh Nusantara ini dan kejujuran haruslah selalu berada dalam setiap hati seorang Jujitsan.
 
6. Warna Biru  : melambangkan keperwiraan dan ksatria. Warna biru terdapat pada tulisan ‘INSTITUT JUJITSU INDONESIA’ , yang mempunyai makna bahwa jika seorang jujitsan telah menyandang sabut biru atau predikat seorang jujitsu, maka haruslah mampu menjaga nama baik Jujitsu serta selalu bersikap ksatria dalam segala hal, juga dapat menjaga keperwiraan sesuai dengan sumpah dan semboyan Jujitsu.
 
7. Warna coklat  : melambangkan kedewasaan, warna coklat terdapat didalam gambar kaki, yang mempunyai arti keperkasaan dari beladiri jujitsu, selalu bersikap adil dan kedewasaan Jujitsu untuk dapat berdiri tegak secara mandiri dan percaya diri.
 
8. Warna Hitam disisi telapak tangan  : melambangkan ketenangan dan kemantapan, yang mempunyai makna bahwa seorang Jujitsu haruslah mempunyai ketenangan dalam setiap hal baik lahir maupun bathin, bertindak secara tegas dan mantap, sisi kanan berwarna hitam melambangkan sikap yang terbuka dan bersahabat terhadap siapapun.
 
9. warna merah di dalam lingkaran luar dan dalam  : melambangkan keberanian dan keagungan yang mempunyai makna bahwa seorang jujitsan yang telah menyandang sabuk merah, berani melindungi segenap anggota jujitsan, melindungi organisasi jujitsu serta dapat mengayomi seluruh aspek kehidupan dalam jujitsu, keagungan yang berarti bahwa seorang jujitsan sabuk merah merupakan lambang dari kekuatan jiwa yang tak pernah punah dan contoh bagi seluruh insan beladiri yang ada di seluruh dunia.
 
10. Tulisan IJI dalam lingkaran kuning  : melambangkan identitas khusus dari beladiri Jujitsu ‘IJI’ dengan pembaharuan menjadi nama ‘ Institut Jujitsu Indonesia’ yang mampu bersaing dan berkembang pesat hingga kini dengan kebesaran IJI dan kejayaan.
 
11. Lambang sinar berwarna merah  : mempunyai makna bahwa Jujitsu menjadi terang bagi kedamaian di dunia dan seorang jujitsan haruslah menjadi sinar kehidupan bagi setiap insan di seluruh dunia, dan jujitsu dapat bersinar terang di seluruh Nusantara, karena dengan sinar setiap orang dapat melihat segala bentuk kehidupan baik yang buruk maupun yang buruk.
 
 
KESIMPULAN
Menjalankan suatu organisasi tentu saja akan banyak mendapatkan kendala dan masalah yang menghadang disetiap perjalanannya, oleh karena itu kita harus selalu mengantisipasi setiap kendala tersebut dengan terus belajar menimba ilmu. Dan dengan adanya informasi melalui blog ini setiap Jujitsan dapat sedikit mengatasi segala kendala atau masalah yang timbul khususnya dengan pengetahuan tentang Badge Lambang Institut Jujitsu Indonesia.
 
SARAN
Marilah setiap insan Jujitsu untuk meningkatkan pendalaman terhadap perkembangan Ilmu Jujitsu agar setiap perkembangan lebih baik lagi, dan dengan mengetahui arti dan makna dari badge IJI kita dapat menjawab segala pertanyaan , tantangan, dan masalah yang timbul di dalam perkembangan Jujitsu.
 
 
HARAPAN
Mengingat masih adanya setiap Jujitsan yang mungkin belum mengatahui lebih jelas tentang arti dan makna dari Badge IJI, maka kami berharap setiap jujitsan untuk memberi pengetahuan kembali kepada setiap anggota Jujitsu yang lainnya sesuai dengan apa yang telah diberikan dan diturunkan oleh para pendiri, tokoh-tokoh Institut Jujitsu Indonesia

Sejarah Institut Ju-Jitsu Indonesia


Dalam sejarah perkembangan beladiri di dunia, cara berkelahi atau pertahanan diri yang digunakan masih menggunakan cara-cara primitif, yaitu setiap manusia yang melakukan pembelaan dirinya tidak mengenal aturan tehnik sama sekali, asalkan mampu mengalahkan dan membunuh lawan dengan segala cara. Hal itu disadari mengingat tehnik melumpuhkan dan mematahkan lawan tidak dimilikinya.
 
Sejak adanya perkembangan dan kemajuan budaya manusia, juga kepandaian yang dimiliki serta tak lepas dari pengaruh geografis, perkelahian tersebut berkembang, sehingga setiap bentuk perkelahian itu makin lama makin sempurna dan mempunyai metode atau cara yang teratur dan sistimatis untuk dipelajari. Sejak itu tehnik-tehnik membanting dalam Sumo tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tehnik membanting dari Ju-jitsu, sehingga secara umum tehnik membanting dalam Sumo didapatkan juga dalam Ju-jitsu.
Pada saat Kekaisaran Suinin (tahun 230 B.C) telah ada seuatu bentuk pertandingan adu kekuatan  fisik untuk memperebutkan hadiah yang disediakan oleh Kaisar. Dalam pertandingan itu telah dipakai tehnik membanting dan menghimpit (menjepit) tubuh lawan agar tidak bisa bergerak. Hal tersebut menunjukkan awal tumbuhnya tehnik kuncian yang sederhana yaitu menindih. Selanjutnya tehnik membanting, mengunci, menendang, memukul, dan menangkis itu berkembang terus menerus dari tahun ke tahun.
Sejalan dengan perkembangan tehnik perkelahian tersebut Ju-jitsu juga menyumbangkan tehnik berkelahi yang hanya diketahui oleh marga/suku tertentu. Kerahasiaan cara belajar tehnik Ju-jitsu baru dapat diketahui pada jaman pemerintahan Pangeran Teijun (tahun 850-880 C) dimana pada saat itu telah dimulai dan dibuka sekolah-sekolah Ju-jitsu yang hanya boleh dipelajari oleh orang-orang Jepang saja.
Ju-jitsu mulai kebangkitannya sekitar tahun 1300 C dimana seorang tokoh Ju-jitsu di Jepang bernama AKIYAMA berhasil menciptakan tehnik-tehnik berkelahi yang hebat dan lebih maju dibanding dengan beladiri yang ada di Jepang pada saat itu.
Puncak keemasan olahraga beladiri Ju-jitsu terjadi saat jaman Restorasi Meiji (tahun 1868 C) dimana sekolah-sekolah Ju-jitsu tumbuh dan berkembang dengan pesat. Diantara yang paling terkenal adalah sekolah Ju-jitsu Takebouchi-Ryu, Se-kighuci-Ryu, Kyushin-Ryu, Kito-Ryu, Shinkage-Ryu,, Daito-Ryu, Yogyi-Ryu, Yoshin-Ryu, yang selanjutnya menjadi nama aliran dari masing-masing aliran perkumpulan / club Ju-jitsu. Disamping sekolah-sekolah Ju-jitsu yang terkenal itu masih banyak sekolah-sekolah Ju-jitsu yang terkenal yang lain dengan inti gerakan yang berbeda-beda. Akhirnya dari sekolah-sekolah atau aliran Ju-jitsu tersebut membentuk wujud baru dan melahirkan beladiri baru.


DI INDONESIA
Beladiri Ju-jitsu, khususnya aliran Kyushin-Ryu masuk ke Indonesia pada saat sekitar pergolakan Perang Dunia II, yaitu pada tahun 1942 yang dibawa oleh tentara Jepang bernama Ishikawa. Selanjutnya perkembangan di Indonesia terkenal dengan aliran I-Kyushin Ryu.
Ishikawa mewariskan ilmunya kepada R. Soetopo asal daerah Ponorogo yang kemudian menurunkan kepada Drs. Firman Sitompul, Irjen Polisi (Purn) Prof. Drs. DPM. Sitompul, S.H., M.H., M.Min,  Drs. Heru Nurcahyo, MM,   AKBP. Drs. Heru Winoto. Selanjutnya pengembangan di Indonesia dilanjutkan lagi oleh tokoh-tokoh Ju-jitsan muda lainnya.
Pada tahun 1980 diadakan seminar beladiri yang diadakan oleh Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta yang diikuti oleh seluruh perwakilan beladiri yang ada. Hasil yang diperoleh beladiri Ju-jitsu terpilih sebagai salah satu beladiri yang layak untuk dapat dijadikan kurikulum wajib bagi mahasiswa PTIK. Lebih dari itu ketangkasan beladiri Ju-jitsu itu juga mendapat pengakuan dari Kedutaan Besar Jepang, yang pada saat itu hadir sebagai undangan pada seminar beladiri tersebut.  Selanjutnya Ju-jitsu menjadi kurikulum  wajib bagi mahasiswa PTIK hingga sekarang.
               Sebagai informasi, bahwa dalam hal pengembangan kepelatihan di lingkungan Polri, Institut Ju-jitsu Indonesia telah melakukan pendidikan dan latihan di seluruh Polda pada Tahun 1999 yang lalu. Adapun dasar pelatihan dimaksud mengacu kepada :
1.      SuratPerintah Kapolri No. Pol. : Sprin/29778/VIII/1999 tanggal 13 Agustus 1999 tentang Penunjukan Kalemdiklat Polri sebagai penanggung jawab dalam menyusun program latihan beladiri Ju-jitsu di lingkungan Polri baik pusat dan wilayah secara bertahap dan di lingkungan pendidikan secara selektif;
2.      SuratPerintah Kapolri No. Pol. : Sprin/3381/IX/1999 tanggal 22 September 1999 tentang Penunjukan Kalemdiklat Polri untuk menyelenggarakan  pelatihan tenaga pelatih beladiri Ju-jitsu Indonesia, tentang materi metode dan waktu latihan;

3.      Surat Kapolri kepada para Kapolda No. Pol. B/3534/IX/1999 tanggal 27 September 1999 perihal Pemberitahuan penggantian beladiri Polri dengan beladiri Ju-jitsu.

Disamping itu beladiri Ju-jitsu sangat dirasakan kemanfaatannya oleh instansi lainnya, mengingat banyaknya teknik yang dipelajari dengan segala macam bentuk tantangaan yang dapat menyelesaikan perkelahian dengan cepat dan tepat. Sehingga pengembangannya juga dilakukan dibeberapa instansi pemerintah, TNI, Polri lainnya seperti : Kantor Sekretariat Negara (Tahun 1987), Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (1994), Batalion Linud 328 Kostrad (1987), Kopasus (1990), Paspampres (1997), Pasukan Gegana Polri (1987), Dinas Penyelamatan Bawah Air ( Dislambair ) TNI AL dan instansi lainnya.                                                 

Institut Ju-jitsu Indonesia kini sudah semakin berkembang dengan pesat, hampir di seluruh propinsi berbagai lapisan masyarakat sudah mengenal bela diri ini bahkan tidak sedikit di berbagai propinsi sudah terbentuk kepengurusan maupun berdirinya dojo-dojo tempat latihan.
Daya minat masyarakat terhadap bela diri ini juga semakin tinggi, sumber daya manusia yang ada juga sudah memadai, berbagai event kejuaraan juga sudah sering dilakukan, hal ini merupakan tanda-tanda kemajuan Intitut Ju-jitsu di Indonesia sangat diharapkan, pada gilirannya nanti ju-jitsu akan menjadi yang terbaik dan terdepan.
Kemajuan perkembangan Ju-jitsu bukan hanya didalam negeri saja, akan tetapi Institut ju-jitsu Indonesiajuga telah menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bela diri Ju-jitsu di negara-negara lain. Keberadaan organisasi kita juga sudah di akui dan telah menjadi anggota dari Federasi Ju-jitsu Internasional AJJIF GLOBAL atau ALL JAPAN JU-JITSU INTERNASIONAL FEDERATION.
Beladiri IJI harus dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, menjunjung tinggi sumpah dan semboyan Ju-jitsu, serta harus dapat menjadi pengawal setia NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

TINGKATAN SABUK DALAM JU-JITSU

Warna sabuk atau ikat pinggang yang menunjukan tingkat keahlian dalam Ju-Jitsu sebagai berikut:
Sabuk Putih = Kyu VI (Roku-Kyu)
Sabuk Kuning = Kyu V (Go-Kyu)
Sabuk Hijau = Kyu IV (Yon-Kyu)
Sabuk Oranye = Kyu III (San-Kyu)
Sabuk Biru = Kyu II (Ni-Kyu)
Sabuk Coklat = Kyu I (Ik-Kyu)
Sabuk Hitam = Dan I (Sho-Dan)
Sabuk Hitam = Dan II (Ni-Dan)
Sabuk Hitam = Dan III (San-Dan)
Sabuk Hitam = Dan IV (Yon-Dan)
Sabuk Hitam = Dan V (Go-Dan)
Sabuk Merah-Putih = Dan VI (Roku-Dan)
Sabuk Merah-Putih = Dan VII (Shichi-Dan)
Sabuk Merah-Putih = Dan VIII (Hachi-Dan)
Sabuk Merah = Dan IX (Kyu-Dan)
Sabuk Merah = Dan X (Ju-Dan)

Pergantian sabuk dari yang satu ke sabuk yang lebih tinggi harus terlebih dahulu menempuh proses ujian-ujian Ju-Jitsu baik ujian teknik Ju-Jitsu maupun fisik serta ujian teori tentang Ju-Jitsu.

Sumpah dan Semboyan Ju-Jitsu

SUMPAH JU-JITSU
1.      Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      Taat pada orang tua
3.      Sanggup menjaga nama baik Ju-Jitsu
4.      Bersikap ksatria dan jujur
5.      Taat pada pelatih


SEMBOYAN JU-JITSU
1.      Berlatih Ju-Jitsu demi kemanusiaan
2.      Tidak sombong
3.      Melindungi yang lemah, berdiri dipihak yang benar
4.      Ju-Jitsu digunakan hanya dalam keadaan terpaksa
5.      Dalam latihan tidak ada tawa dan tangis

JU-JITSU GOR KLATEN

Institut JU-JITSU Indonesia (IJI) Gor Klaten

Menerima anggota baru putra/putri. Minimal SMP Teknik-teknik Ju-jitsu : 1. Teknik atas-berdiri/komite/stand-up fighting ( tendangan, pukulan, bantingan, self defense,   dan lain-lain....) 2. Teknik bawah/randori/ground fighting ( kuncian, pematahan sendi, choke, dan lain-lain....) latihan di : Lapangan rumput GOR Gelarsena Klaten (sebelah panjat dinding) , tiap hari KAMIS dan MINGGU pukul 15:30 WIB ...Anda ingin liat-liat...ingin tau...ingin gabung???? langsung datang aja saat latihan, kalau belum punya baju/dogi pakai training N kaos dulu gakpapa... sms/telp aja ke : 0857 1229 4860

SEDIKIT TENTANG IJI GOR KLATEN : 
 Berawal dari kecintaan terhadap IJI dan dalam rangka mengemban amanat dari IJI UNY Jogja utk expansi, dan atas ijin dari pembina IJI klaten diputuskan untuk mendirikan Dojo IJI di GOR KLATEN pada tanggal 16 Pebruari 2012, dan Latihan Perdana dapat terlaksana dengan singkat 5 hari kemudian tepatnya pada Hari Selasa, 21 Pebruari 2012 dengan anggota awal 4 orang, Mohon dukungan n doa restunya dari berbagai pihak (Dewan Guru Besar IJI) agar IJI selalu di hati dan berkembang....Amien..